contoh CERPEN
Saat Cinta Tiba
Sinar
matahari telah menembus cela-cela ventilasi kamar, tapi adi masih tertidur
lelap. Terdengar dering jam weker yang telah disetting jam 6.
Dengan kaget adi pun terbangun dari mimpi indahnya.
“Adi… Ayo lekas bangun, nanti kesiangan kesekolah!” Teriak ibunya
Sejenak adi terdiam, lalu ia bergegas mandi. Terlihat oleh ibunya adi keluar dari kamarnya mengenakan seragam putih abu-abu.
“Sarapan apa nih..?” Tanyanya
“Nih ibu masakin nasi goreng”. Jawab ibunya
Memang di rumah itu cuma ada mereka berdua. Adi adalah anak tunggal, dan ayahnya telah meninggal sebulan yang lalu. Setelah selesai sarapan adi pun pamit dan bergegas berangkat sekolah dengan motor kesayangannya.
Dengan kaget adi pun terbangun dari mimpi indahnya.
“Adi… Ayo lekas bangun, nanti kesiangan kesekolah!” Teriak ibunya
Sejenak adi terdiam, lalu ia bergegas mandi. Terlihat oleh ibunya adi keluar dari kamarnya mengenakan seragam putih abu-abu.
“Sarapan apa nih..?” Tanyanya
“Nih ibu masakin nasi goreng”. Jawab ibunya
Memang di rumah itu cuma ada mereka berdua. Adi adalah anak tunggal, dan ayahnya telah meninggal sebulan yang lalu. Setelah selesai sarapan adi pun pamit dan bergegas berangkat sekolah dengan motor kesayangannya.
Setiba
di sekolah, adi pun terburu-buru masuk ke kelas karena ia lupa mengerjakan
PRnya yang ditugaskan minggu lalu oleh guru killer di sekolah SMA BAKTI NEGARA
itu. Tiba-tiba adi tertubruk oleh seorang cewek yang tak asing di matanya.
“Sory sory aku gak sengaja”. Adi dengan muka bersalah.
“Iya gak papa ko di”. Jawab nita
“Eh kamu nit kirain siapa, hehe…” Canda adi
“He. em, kenapa kok kayaknya panik gitu?” Tanya nita.
“Iya nih, aku lupa ngerjain PR pak hartono”. Jawabnya
“Owalah, makanya di… Kalo malem tuh belajar”. Sambungnya
“Hehe, iya deh besok besok aku belajar”. Timpalnya
“Ya udah, aku Ke kelas dulu ya… Daa”
“Daa nita sampe jumpa..”.
Adi pun langsung bergegas masuk kelas dengan cengar-cengir, memang sejak ia kenal nita, ia telah memiliki rasa terhadapnya.
“Sory sory aku gak sengaja”. Adi dengan muka bersalah.
“Iya gak papa ko di”. Jawab nita
“Eh kamu nit kirain siapa, hehe…” Canda adi
“He. em, kenapa kok kayaknya panik gitu?” Tanya nita.
“Iya nih, aku lupa ngerjain PR pak hartono”. Jawabnya
“Owalah, makanya di… Kalo malem tuh belajar”. Sambungnya
“Hehe, iya deh besok besok aku belajar”. Timpalnya
“Ya udah, aku Ke kelas dulu ya… Daa”
“Daa nita sampe jumpa..”.
Adi pun langsung bergegas masuk kelas dengan cengar-cengir, memang sejak ia kenal nita, ia telah memiliki rasa terhadapnya.
“Hay
ngga.. Loe udah ngerjain PR apa belum?” Tanya adi pada sahabatnya
“udah dong”, jawab angga
“sini gue pinjem kerjaan loe”
“makanya brow kalo malem jangan molor mulu”, timpal angga.
“udah dong”, jawab angga
“sini gue pinjem kerjaan loe”
“makanya brow kalo malem jangan molor mulu”, timpal angga.
Teng…
teng… teng… bel istirahat pun telah berbunyi, adi dan angga berjalan menuju
kantin ingin membeli air mineral. Setibanya di sana, adi mengambil minum dan
juga ingin diambil oleh nita. Mereka dengan cepat melepaskan tangannya dari air
yang tinggal satu tersebut.
“Eeh sorry di, tu air buat kamu aja”. Kata nita
“Nggak deh, nih buat kamu aja”. Jawab adi sambil memberikan air tersebut kepada nita
“Hmm, ya udah deh makasih ya di, kamu baik deh”, kata nita
“Hehe, kan kalo cowok ngalah sama cewek”, adi dengan senyum manis dan dibalas dengan senyum manis juga oleh nita
“Eh nit, kamu nanti setelah sekolah ada acara gak?” Tanya adi
“Enggak kok, emangnya kenapa?” Nita
“Emm, kalo mau aku pengen ngajak kamu jalan”
“Yaa gak papa sih sekalian aku juga mau beli buku”
“Oke deh, nanti aku tunggu kamu di parkiran”
“Siip deh”, jawab nita dengan senyum manisnya
“Eeh sorry di, tu air buat kamu aja”. Kata nita
“Nggak deh, nih buat kamu aja”. Jawab adi sambil memberikan air tersebut kepada nita
“Hmm, ya udah deh makasih ya di, kamu baik deh”, kata nita
“Hehe, kan kalo cowok ngalah sama cewek”, adi dengan senyum manis dan dibalas dengan senyum manis juga oleh nita
“Eh nit, kamu nanti setelah sekolah ada acara gak?” Tanya adi
“Enggak kok, emangnya kenapa?” Nita
“Emm, kalo mau aku pengen ngajak kamu jalan”
“Yaa gak papa sih sekalian aku juga mau beli buku”
“Oke deh, nanti aku tunggu kamu di parkiran”
“Siip deh”, jawab nita dengan senyum manisnya
Teng
teng teng teng… Bel pulang pun berbunyi, adi langsung bergegas menuju parkiran
tempat motornya berada dengan hati gembira. Dalam hatinya dia berbunga-bunga,
dan memikirkan untuk menyatakan perasaannya kepada nita.
“Hey… bengong aja, lagi nglamunim apa sih kok senyam-senyum sendiri?” Canda nita pada adi
“Eh kamu nit, ngagetin aja… enggak nih aku lagi memikirkan sesuatu, dan jangan kamu tanya apa itu… hehe”. Balas adi dengan wajah memerah
“Ya udah deh kalo gitu… kapan nih berangkatnya?” Tanya nita
“Sekarang dong, masak kemaren sih, hahaha”. Jawab adi
“Hey… bengong aja, lagi nglamunim apa sih kok senyam-senyum sendiri?” Canda nita pada adi
“Eh kamu nit, ngagetin aja… enggak nih aku lagi memikirkan sesuatu, dan jangan kamu tanya apa itu… hehe”. Balas adi dengan wajah memerah
“Ya udah deh kalo gitu… kapan nih berangkatnya?” Tanya nita
“Sekarang dong, masak kemaren sih, hahaha”. Jawab adi
Sesampai
di toko buku mereka berdua memilih buku yang ingin dibeli nita dengan
berbincang-bincang dan bercanda tawa. Sehabis itu mereka berdua berjalan-jalan
di taman kota, dan duduk di kursi yang berada di bawah pohon yang rindang.
“Eh nit, kamu tunggu di sini sebentar ya, aku mau kesana sebentar”, sambil menunjuk arah toilet
“Oke oke, tapi jangan lama-lama ya takut nanti ada yang culik aku”. kana nita
“Iya, paling juga satu jam kok, hahaha”
“Eh nit, kamu tunggu di sini sebentar ya, aku mau kesana sebentar”, sambil menunjuk arah toilet
“Oke oke, tapi jangan lama-lama ya takut nanti ada yang culik aku”. kana nita
“Iya, paling juga satu jam kok, hahaha”
Di dalam toilet adi mengambil
setangkai bunga dari dalam tas yang dibelinya saat di toko tadi.
Adi
berjalan mendekati nita, setiba di sampingnya dia pun berlutut tepat di depan
nita duduk dengan memegang bunga yang diperuntukkan kepada nita
“Nit, sebenarnya sejak pertama aku berkenalan denganmu, aku memang memiliki rasa yang istimewa untukmu”. Ucap adi dengan gugup
“Mak maksunya apa ni di?” Tanya nita sedikit kaget
“Aku suka sama kamu, mau gak kamu menjadi pacarku?” Ucapnya lagi
“Emm, gimana ya…!” Nita
“Plis nit, terima aku jadi pacarmu..” terus adi
Sejenak nita berfikir
“Iya deh di, aku mau jadi pacarmu… sebenernya aku juga suka sama kamu”, jawab nita
Dan di siang itu, mereka berdua telah resmi menjadi sepasang kekasih. Hari-hari mereka diisi dengan kegembiraan, canda tawa, dan penuh kasih sayang antara keduanya.
“Nit, sebenarnya sejak pertama aku berkenalan denganmu, aku memang memiliki rasa yang istimewa untukmu”. Ucap adi dengan gugup
“Mak maksunya apa ni di?” Tanya nita sedikit kaget
“Aku suka sama kamu, mau gak kamu menjadi pacarku?” Ucapnya lagi
“Emm, gimana ya…!” Nita
“Plis nit, terima aku jadi pacarmu..” terus adi
Sejenak nita berfikir
“Iya deh di, aku mau jadi pacarmu… sebenernya aku juga suka sama kamu”, jawab nita
Dan di siang itu, mereka berdua telah resmi menjadi sepasang kekasih. Hari-hari mereka diisi dengan kegembiraan, canda tawa, dan penuh kasih sayang antara keduanya.
TAMAT
Cerpen Karangan: Ihsan
Abdulrohman
-H
Apa Hidup ini Lebih Indah Dari Mimpi?
Berbeda dengan teman-teman lain yang sudah
menentukan pilihannya ia sendiri masih bingung dengan dua objek wisata yang
mesti dipilihnya. Entah apa yang membuatnya kebingungan, padahal ia tidak
dihadapkan dengan milyaran pilihan, ia hanya akan memilih satu di antara dua
objek wisata yang mesti ia kunjungi –objek wisata domestik atau destinasi tur
internasional– tapi tetap saja ia belum menentukan arah mana ia akan menuju.
Setelah beberapa hari pendataan peserta
pariwisata, di pekan terakhir pendataan ia pun menyelipkan namanya di antara
nama teman-temannya yang lebih dulu memantapkan diri untuk berkunjung ke objek
wisata domestik. Destinasi yang sangat terkenal bagi orang-orang pribumi maupun
orang-orang yang tidak terlahir di bumi Indonesia.
Sebenarnya ia tidak begitu tertarik untuk
mengunjungi Bali walau tempat tersebut menawarkan beraneka menu keindahan yang
akan memuaskan selera para pengunjung tanpa mengecewakannya. Kelihatannya ia
akan lebih senang jika dirinya mengunjungi objek wisata lokal pada program
pariwisata saat itu. Nampak jelas bahwa ia tidak ingin merangkak jauh ke negeri
orang sementara jejak kakinya belum membekas di daerah sendiri. Hanya saja
sampai saat ini belum ada terdengar kabar walau sebatas rumor bahwa akan ada
kunjungan wisata ke destinasi lokal.
Pelaksanaan program
pariwisata memang masih menunggu waktu yang terbilang lama, sekitar tiga bulan
lagi. Tapi bagi kebanyakan teman-temannya, mereka sudah mulai ribut dengan
perbincangan-perbincangan kecil dan juga sibuk menyusun berbagai program yang
akan dilaksanakan saat wisata nanti. Bagi mereka yang akan berkunjung ke
Malaysia dan Singapura sudah mulai sibuk mengurus passport yang merupakan bekal
wajib bagi pengunjung wisata luar negeri. Tidak seperti dengan dirinya yang
terdaftar sebagai mahasiswa peserta pariwisata domestik ia terlihat biasa-biasa
saja seperti tanpa beban, bahkan ia belum menyetor uang serupiah pun ke panitia
pelaksana tourism.
Meskipun ia terlihat santai tapi dalam benaknya tersimpan harapan besar, berharap ada teman lain yang memiliki keinginan yang sama dengan dirinya. Ia sangat menantikan adanya pariswisata ke destinasi lokal. Bukan karena biaya tur domestik dan internasional memerlukan biaya yang lebih besar. Hanya karena keinginannya yang sederhana, ia tidak ingin buta, tuli serta bisu akan budayanya sendiri.
Meskipun ia terlihat santai tapi dalam benaknya tersimpan harapan besar, berharap ada teman lain yang memiliki keinginan yang sama dengan dirinya. Ia sangat menantikan adanya pariswisata ke destinasi lokal. Bukan karena biaya tur domestik dan internasional memerlukan biaya yang lebih besar. Hanya karena keinginannya yang sederhana, ia tidak ingin buta, tuli serta bisu akan budayanya sendiri.
Pagi itu di awal Januari mungkin ia harus
memendam hasrat dan menunda keinginannya karena sampai beberapa pekan belum juga
terdengar keinginan yang sama dari rekan-rekannya. Itu berarti ia harus
merelakan dirinya untuk menuju pulau Bali jika memang nantinya tur lokal
benar-benar tidak ada.
Menunggu hujan mereda ia
menyibukkan diri dengan mengakses situs internet, ia membuka situs jejaring
sosial facebook yang ia yakini menyibukkan banyak orang di saat yang sama
menunggu rintik hujan segera berhenti. Seorang teman yang berada tidak jauh
darinya yang sedari tadi sibuk membaca buku ber-cover kuning menyapa.
“sob… nanti jangan kaget yah..!!!”. Ucapnya singkat.
“ya bro…!” jawab Adi juga singkat. Sepertinya ia mengerti kalau temanya itu mengingatkan jika suara petir bisa saja membuatnya kaget tanpa terduga.
“saya selalu waspada bro dengan suara petir”. Sambungnya untuk meyakinkan bahwa ia mengerti dengan maksud temannya.
“bukan itu maksud saya sob…!!!”. Jawabnya lagi-lagi singkat tapi mengundang Adi untuk kembali bertanya.
“terus, jangan kaget yang kamu maksud.? Apa..?”. Ia mulai terlihat penasaran.
“itu sob, tentang tourism nanti…”.
“ya bro…!!! ada apa dengan tourism kita…?”. Adi semakin mendesak jawaban yang lebih jelas.
“nanti jangan kaget kalau saya tidak ada di pulau Bali sob…”.
“owh begiitu bro…”. Adi memotong penjelasan temannya. Dalam benaknya ia berpikir temannya itu akan mengubah jalur tourismnya menuju Malaysia dan Singapura. “oke bro… berarti kamu mau ke luar negeri ya…?”. Lanjut adi..
“tidak sob…!! Saya belum berpikir untuk ke luar negeri sampai sakarang ini…”. Jawaban temannya kembali menambah rasa penasaran.
Adi mencoba menampik rasa penasarannya dengan membaca deretan kata-kata status pada wall facebooknya. Ia tidak lagi bertanya kepada temannya yang hanya memberi jawaban yang tidak memuaskan. Ia menganggap temanya itu hanya membuat candaan belaka. Lagi pula tidak ada destinasi lain selain pulau Bali, Malaysia dan Singapura. Adi menganggap temannya itu tidak akan melakukan tur lokal seorang diri.
“hemmm… haha”. Tawa kecil Uci kembali mengganggu suasana. Ia sudah tidak sanggup menampung berita yang didapatnya beberapa hari lalu. Ia sudah tidak sabar memberi tahukan Adi yang sudah mulai tidak peduli dengan omongannya yang sengaja dirancang untung membuat penasaran.
“begini sob…”. Uci kembali berbicara mencoba lebih meyakinkan. Sepertinya memang benar ada berita baru yang akan diberi tahukan ke Adi yang ada di ruangan yang sama. Adi juga kembali serius mengalihkan perhatiannya.
“saya serius sob, tidak ke Bali apalagi ke luar negeri, saya mau pulkam, tourism di kampung sendiri…!!!”.
Sebelum ia mengakhiri penjelasannya. Adi segera memotong sepertinya ia sudah mengerti maksud temannya itu.
“berarti ada destinasi lokal…? KAJANG…?”. Jawab Adi spontan. Ia begitu yakin kalau temannya itu akan mengabarkan tentang KAJANG sebab ia sendiri sudah tahu persis kalau temannya itu selalu membahas tentang desa adat tersebut di ruang kuliah.
“ea sob,!!! beberapa hari yang lalu ada beberapa teman kita di ruangan lain yang ingin mengadakan tur ke objek lokal…!!!, dan mereka sepakat untuk ke daerah Kajang…!!!,saya ikut sepakat dengan mereka!!! hanya saja belum menanyakan persetujuan dosen pembimbing sob!!!”. Uci menjelaskan dengan serius, juga sangat senang sebab seperti dengan keinginan Adi, ia juga mengimpikan untuk berwisata ke tanah Kajang.
“sob… nanti jangan kaget yah..!!!”. Ucapnya singkat.
“ya bro…!” jawab Adi juga singkat. Sepertinya ia mengerti kalau temanya itu mengingatkan jika suara petir bisa saja membuatnya kaget tanpa terduga.
“saya selalu waspada bro dengan suara petir”. Sambungnya untuk meyakinkan bahwa ia mengerti dengan maksud temannya.
“bukan itu maksud saya sob…!!!”. Jawabnya lagi-lagi singkat tapi mengundang Adi untuk kembali bertanya.
“terus, jangan kaget yang kamu maksud.? Apa..?”. Ia mulai terlihat penasaran.
“itu sob, tentang tourism nanti…”.
“ya bro…!!! ada apa dengan tourism kita…?”. Adi semakin mendesak jawaban yang lebih jelas.
“nanti jangan kaget kalau saya tidak ada di pulau Bali sob…”.
“owh begiitu bro…”. Adi memotong penjelasan temannya. Dalam benaknya ia berpikir temannya itu akan mengubah jalur tourismnya menuju Malaysia dan Singapura. “oke bro… berarti kamu mau ke luar negeri ya…?”. Lanjut adi..
“tidak sob…!! Saya belum berpikir untuk ke luar negeri sampai sakarang ini…”. Jawaban temannya kembali menambah rasa penasaran.
Adi mencoba menampik rasa penasarannya dengan membaca deretan kata-kata status pada wall facebooknya. Ia tidak lagi bertanya kepada temannya yang hanya memberi jawaban yang tidak memuaskan. Ia menganggap temanya itu hanya membuat candaan belaka. Lagi pula tidak ada destinasi lain selain pulau Bali, Malaysia dan Singapura. Adi menganggap temannya itu tidak akan melakukan tur lokal seorang diri.
“hemmm… haha”. Tawa kecil Uci kembali mengganggu suasana. Ia sudah tidak sanggup menampung berita yang didapatnya beberapa hari lalu. Ia sudah tidak sabar memberi tahukan Adi yang sudah mulai tidak peduli dengan omongannya yang sengaja dirancang untung membuat penasaran.
“begini sob…”. Uci kembali berbicara mencoba lebih meyakinkan. Sepertinya memang benar ada berita baru yang akan diberi tahukan ke Adi yang ada di ruangan yang sama. Adi juga kembali serius mengalihkan perhatiannya.
“saya serius sob, tidak ke Bali apalagi ke luar negeri, saya mau pulkam, tourism di kampung sendiri…!!!”.
Sebelum ia mengakhiri penjelasannya. Adi segera memotong sepertinya ia sudah mengerti maksud temannya itu.
“berarti ada destinasi lokal…? KAJANG…?”. Jawab Adi spontan. Ia begitu yakin kalau temannya itu akan mengabarkan tentang KAJANG sebab ia sendiri sudah tahu persis kalau temannya itu selalu membahas tentang desa adat tersebut di ruang kuliah.
“ea sob,!!! beberapa hari yang lalu ada beberapa teman kita di ruangan lain yang ingin mengadakan tur ke objek lokal…!!!, dan mereka sepakat untuk ke daerah Kajang…!!!,saya ikut sepakat dengan mereka!!! hanya saja belum menanyakan persetujuan dosen pembimbing sob!!!”. Uci menjelaskan dengan serius, juga sangat senang sebab seperti dengan keinginan Adi, ia juga mengimpikan untuk berwisata ke tanah Kajang.
Dari penjelasannya Adi
terlihat mengerti kalau topik tersebut belum menjadi hot news di antara
teman-teman mahasiswa yang lain. Ia juga seolah menghirup udara segar pagi itu,
sepasang bola matanya berbinar memikirkan sesuatu. Nampak begitu semangat
menantikan impiannya akan berubah menjadi kenyataan. Hal itu juga menjadi
sinyal kuat untuk membatalkan kunjungannya ke pulai Bali.
“waduh bro!! kenapa tidak memberi tahukan sejak kemarin-kemarin”. Adi sedikit menyesalkan.
“memang sengaja sob..!!! terus jangan sampai rencana kamu ke Bali jadi batal”. Jawab Uci yang namanya juga terdaftar sebagai peserta tur domestik ke pulau Bali.
“haha, kamu…!!! Padahal kamu sudah tahu dari awal saya lebih berminat untuk tur lokal!!! hanya saja waktu itu belum ada kesepakatan!!!.. oiya pasti dosen pembimbing sepakat, setuju dan merelakan rencana kita broddd…”. jawab Adi sangat optimis.
Ia begitu yakin karena dalam perkuliahan beberapa minggu lalu KAJANG dibahas untuk menjadi tujuan pariwisata lokal tahun ini. Akan tetapi tidak begitu ditanggapi oleh banyak mahasiswa sebab di benak mereka adat orang-orang Kajang penuh dengan hal-hal mistis.
Tapi bagi Adi justru akan lebih mengira-ngira dan hanya menduga-duga jika tidak mengunjunginya secara langsung mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Keesokan harinya setelah berita menyenagkan itu terdengar oleh Adi, ia segera memberi tahu ke ketua panitia tourism untuk segera mengahapus namanya dari daftar wisatawan domestik tanpa memberitakan sebab dan alasan yang sebenarnya.
“waduh bro!! kenapa tidak memberi tahukan sejak kemarin-kemarin”. Adi sedikit menyesalkan.
“memang sengaja sob..!!! terus jangan sampai rencana kamu ke Bali jadi batal”. Jawab Uci yang namanya juga terdaftar sebagai peserta tur domestik ke pulau Bali.
“haha, kamu…!!! Padahal kamu sudah tahu dari awal saya lebih berminat untuk tur lokal!!! hanya saja waktu itu belum ada kesepakatan!!!.. oiya pasti dosen pembimbing sepakat, setuju dan merelakan rencana kita broddd…”. jawab Adi sangat optimis.
Ia begitu yakin karena dalam perkuliahan beberapa minggu lalu KAJANG dibahas untuk menjadi tujuan pariwisata lokal tahun ini. Akan tetapi tidak begitu ditanggapi oleh banyak mahasiswa sebab di benak mereka adat orang-orang Kajang penuh dengan hal-hal mistis.
Tapi bagi Adi justru akan lebih mengira-ngira dan hanya menduga-duga jika tidak mengunjunginya secara langsung mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Keesokan harinya setelah berita menyenagkan itu terdengar oleh Adi, ia segera memberi tahu ke ketua panitia tourism untuk segera mengahapus namanya dari daftar wisatawan domestik tanpa memberitakan sebab dan alasan yang sebenarnya.
Sejak disepakati oleh dosen pembimbing ia
semakin yakin akan mengunjungi desa adat tersebut sebagai destinasi wisatanya,
sering kali ia berdikusi kecil-kecilan dengan peserta tur lokal lain yang
jumlahnya masih bisa dihitung jari. Beberapa hari lagi tur akan dilaksanakan,
ia berharap program perjalannya akan berjalan dengan baik sesuai dengan
susunan-susunan rencana yang disepakati pada rapat sederhananya beberapa hari
lalu.
Pagi di awal Februari, cuaca sepertinya
sangat bersahabat di tanggal 3 itu. Adi menikmati segelas kopi hitam yang
berada tepat di hadapannya sebelum menuju kampus untuk acara pelepasan peserta
tourism lokal, domestik dan juga internasional. Memang hanya segelas kopi hitam
dengan rasa pahitnya, tapi begitu berharga untuk menambah kesegaran menjalani
aktivitas hari itu.
Mentari di pagi itu
memancarkan senyuman yang sangat menawan, begitu indah untuk mengiringi
perjalanan hari itu. Dengan semangat level tinggi Adi bersegera menuju kampus
setelah semuanya dipersiapkan.
Setelah acara pelepasan dilaksankan, para peserta pariwisata lokal akan segera menuju lokasi yang hanya berjarak 5 jam perjalanan darat dari kampus. Dengan kendaraan roda empat sederhana yang juga hanyalah mobil-mobil sewaan yang mereka tunggangi tapi cukup membuat mereka sangat bahagia dengan perjalanan pagi itu. Lambaian tangan dan senyuman manis dari para peserta tur domestik dan internasional yang masih menunggu sekitar 2 hari lagi untuk melakukan perjalanannya memberi semangat tambahan bagi rombongan pariwisata lokal.
Setelah acara pelepasan dilaksankan, para peserta pariwisata lokal akan segera menuju lokasi yang hanya berjarak 5 jam perjalanan darat dari kampus. Dengan kendaraan roda empat sederhana yang juga hanyalah mobil-mobil sewaan yang mereka tunggangi tapi cukup membuat mereka sangat bahagia dengan perjalanan pagi itu. Lambaian tangan dan senyuman manis dari para peserta tur domestik dan internasional yang masih menunggu sekitar 2 hari lagi untuk melakukan perjalanannya memberi semangat tambahan bagi rombongan pariwisata lokal.
Dalam benak Adi perjalanannya memang
terlihat sederhana tapi terasa sangat istimewa. Memang perjalanannya tidak
menembus awan putih di angkasa, hanya perjalanan darat menelusuri aspal hitam
yang mulai panas karena terik matahari. Perjalanan yang sangat menyejukkan mata
dengan segela keindahan pemandangan di kiri kanan jalan yang dilalui, alam
terasa sangat ramah, tidak sekejam kehidupan di kota yang dengan kegersangan
dan polusi udaranya setiap saat bisa menikam siapa saja yang ada di dalamnya.
Terlihat jelas dari balik kaca jendela
mobil hamparan padi-padi hijau yang berjejer rapi di persawahan yang terbentang
luas. Di tengah-tengahnya berdiri gubuk kecil yang siap menjadi tempat istrahat
para petani jika kelelahan dan juga siap menampung hasil jerih payah mereka
yang telah berubah menjadi butiran-butiran padi. Di sudut lain terlihat
sepasang kerbau yang asyik menyantap rerumputan di pematang-pematang sawah,
binatang-binatang itu terlihat lahap memakan rerumputan, tapi tetap saja
mengerti bahwa haknya hanya untuk memakan rerumputan sawah. Mungkin tidak ada
yang istimewa dari sepasang kerbau itu, tapi dalam benak Adi sepasang makhluk
Tuhan yang tidak berakal itu terlihat lebih cerdas dari kebanyakan penguasa
negeri yang tidak mau tahu akan hak orang-orang lemah di sekitarnya.
Sungguh perjalanan yang penuh keindahan
dan ketenangan. Sejenak ia berpikir hidup itu ternyata lebih indah dari sekedar
bermimpi. Adi tidak ingin segalanya berlalu begitu saja, ia segera menggoreskan
penanya, lalu ia membuat catatan kecil di lembaran pertama dalam buku diarynya.
Itu adalah tulisan pertamanya, seperti bocah yang baru menemukan ballpoint. Ia
berharap buku diarynya penuh dengan catatan indah selama perjalanannya.
Mimpi-mimpi kecilnya mulai menjadi nyata, ia berharap keindahan alam pada
tulisannya tidak akan rusak tertabrak roda-roda modernitas.
Cerpen Karangan: Adhy7
Komentar
Posting Komentar